Wikia One Piece
Advertisement

Dengan Sanji berada di atasnya, Kapal Yonko Big Mom berlayar di lautan. Dari luar, terdengar suara nyanyian kapal itu. "Aku kapal... Aku kapal..." ucapnya merdu. Sementara dari dalam, terdengar suara tawa Vito, "Nyororororo..."

Vito sedang membicarakan keluarga Sanji.

"Nyorororo... ada komik stripnya yang terbit di jurnal ekonomi dunia." kata Vito, "Benar, terdapat robot raksasa yang diidam-idamkan dan ksatria lautan, Sora! Aku selalu membacanya-rero! Sora adalah pahlawan yang bisa berjalan di atas air, ditemani robot yang bisa berubah dan burung camar-rerorero..., bertarung melawan pasukan iblis Germa 66. Kisah kepahlawanan angkatan laut! Banyak penggemarnya diseluruh dunia. Nyorororo!"

"Kudengar ceritanya dibuat berdasarkan kisah nyata dari pahlawan angkatan laut. Intinya mereka ingin memberi pelajaran buat anak-anak! Kalau angkatan laut itu selalu benar dan kuat! Nyorororo!!"

"Tapi, bukan itu yang kusukai. Germa! Germa 66 yang kusukai! Mereka adalah pasukan iblis yang selalu menyudutkan Sora dengan berbagai macam cara! Mereka adalah pahlawan iblis!"

"Tentu saja, demi jalannya cerita, Germa 66 selalu dibuat kalah, tapi aku tetap saja selalu mendukung mereka! Itu kalian, loh!"

"Jangan menghitungku! Aku tak ada hubungannya dengan mereka!" tegas Sanji.

"Nyorororo... Jangan bicara begitu!" ucap Vito, "Aku ini termasuk salah satu penggemar yang senang bertemu langsung dengan idolanya, lo!"

"Kalau begitu, bicara saja langsung sama mereka!"

Mereka sampai didepan sebuah pintu kamar. Sanji mencoba mendorong pintu namun sepertinya terkunci. "Oi!! Buka pintunya!!"

Pintu pun terbuka sembari terdengar suara nyanyian, "Pintu~~ ~~"

"Lalu selanjutnya..." sambung Vito.

"Jangan mengikutiku!! Ini kan, kamarku!?" potong Sanji.

"Ini ruanganku juga, tahu!!" teriak Caesar. Ia sedang dikurung di sebuah jeruji besi. "Keluarkan aku dari sini, sialan!!" bentak Caesar. "Perlakuan kalian terhadapku berbeda sekali!? Aku ini ilmuan jenius, tahu!!"

"Kau masih belum menyerah juga, ya?! Caesar, kami itu hanya diperintahkan untuk menahanmu!" sahut Vito, "Tapi, pria ini..." kata Vito lagi sambil menunjuk Sanji, "adalah mempelai pria yang sangat penting yang akan menghubungkan Keluarga Vinsmoke dan Charlotte! Nilainya berbeda, Nyororo..."

"Aku tak akan menikah!! Cepat, pergi sana sialan!!" balas Sanji.

Tiba-tiba muncul seseorang datang mendengarkan percakapan tersebut, "Pergi katamu!?" ucap salah seorang anggota Bajak Laut Firetank, Pembunuh, Gotti, "Orang ini sudah bicara kasar pada Vito..." Goti tampak kesal pada Sanji karena telah bicara kasar pada Vito.

"Hei Hei, Gotti!! Tunggu!!" Vito mencoba untuk menghentikannya. "Dia tak bermaksud jahat!! Tak apa, ia cuma bercanda..."

"Aku tidak bercanda!! Vito, Gotti, cepatlah enyah sana!!" bentak Sanji lagi.

Gotti jadi makin marah, "Coba ucapkan lagi di depan mukaku, bocah! Aku takkan membiarkan seseorang menyakiti temanku lepas begitu saja!!"

"T-Tunggu, maafkan dia, Gotti!!" ucap Vito.

"Aku tak butuh maaf dari kalian, lagipula aku tak akan berteman dengan kalian!" ucap Sanji, yang makin membuat Gotti kesal.

"Kurang ajar!".

Tiba-tiba seseorang memasuki ruangan itu. Seorang wanita. "Gottii!!!" teriak wanita itu. Penampilan wanita itu mirip sekali dengan Lola yang pernah ditemui kru topi jerami saat di Thriller Bark.

"Eeeh!" Gotti berubah pucat dalam sekejap. Jika Vito tak bisa menghentikan Gotti, tapi perempuan ini mampu membuatnya takut dan menghentikannya.

"Kau...!! Apa kau tak tahu kalau orang ini adalah anak dari Keluarga Vinsmoke!? Apa kau tak tahu kalau kau menggoresnya sedikit saja, mereka akan memotong kepala 'Ayahmu'!? Kalau begitu, lebih baik aku sendiri yang akan menebasmu duluan!!"

"Maaf... Maafkan aku, nyonya besar!! Maafkan aku.." ucap Gotti terbata-bata.

Mereka kemudian meninggalkan tempat itu. "Nyororo, maaf sudah mengganggumu. Pembicaraan tentang germanya kita lanjutkan lain kali saja..."

"Cukup sudah!!" bentak Sanji.

"Tapi, sepertinya..." ucap Sanji merenung, "Mereka kelihatan serupa, yah?".

......

Beberapa hari kemudian, Thousand Sunny...

"Tak tahan lagi..." rengek Luffy, "Aku akan mati..." "Terlalu panas..." kata Chopper.

Kapal Thousand Sunny berlayar melintas di lautan yang penuh uap panas. Luffy dan teman-temannya masih tampak menderita. Mereka kelaparan, kepanasan, sampai-sampai untuk bicara normal saja susah. Mereka berempat; Luffy, Chopper, Pedro dan Brook berbaris rapi duduk di pinggiran kapal, berusaha memancing sesuatu.

"Aku... Meng..ering... a-nji... u-at.. ku.. e-ek... k-lim (Sanji, buatkan aku es krim)" kata Luffy. Mukanya sudah kisut karena mengering.

"Aku sudah tak tahan dengan cuaca panas ini... rasanya ingin melepas buluku..." ucap Chopper.

"Kami juga sama... Suku Mink lemah terhadap cuaca panas..." sahut Pedro.

"Panas sekali... ya... Kalau begini terus... a-aku akan menjadi mumi..." kata Brook. "Hah? Mumi...?"

"Nami-san..." Brook memanggil Nami, "Jika aku jadi mumi, bukankah itu seperti awal kebangkitanku..."

"Aku tak peduli!?" sahut Nami lemah. Dia bersama Carrot dan Pekoms tergolek lemah berlindung dibawah pepohonan.

"Kalau begitu, maukah kau memperlihatkan celana dalammu?" kata Brook lagi.

"Haah... Aku bahkan tak punya energi untuk menghajarmu..."

"Nami... disini panas banget, perutku keroncongan pula.." rengek Carrot.

"Aku juga butuh nutrisi..." tambah Pekoms.

"Kita kehabisan makanan dan beberapa hari tak mendapat ikan satupun karena badai.. Sekarang sudah cerah. Bagaimanapun caranya, tangkaplah ikan sebelum cuacanya berubah lagi!! Kalau begini terus, kita akan mati kelaparan sebelum tiba di tempat tujuan..." sahut Nami.

"Kami ingin melakukannya, tapi... Nami... Lautnya terlalu panas... Bahkan sampai mendidih...!!" kata Chopper sambil menoleh ke arah Luffy, "Eh?".

"Tak ada ikan yang akan datang... Lapar sekali..." sahut Luffy sambil melirik kearah Chopper. Air liurnya berjatuhan.

"Lihat apa kau, hah!?"

Tiba-tiba... "Luffy!! Umpannya ditarik!!"

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya ada ikan yang memakan umpan mereka. "Makanan...!!" Luffy bersemangat dan langsung menariknya.

"Tarik, Luffy!!"

"Oooohhh!!!"

"Berjuanglah, Luffy!!!!"

"Luffy-san, semangat...!!!!"

Akhirnya, ikan pun berhasil ditangkap. Ikan besar dengan warna yang agak aneh. "Makanan!!" jerit semuanya. "Horeee!!!"

"Gao..!!" Pekoms menjulurkan lidahnya.

"Besar sekali!!!"

"Uwaaa, tapi apa warnanya tak terlalu aneh!? Apa ikan ini benar-benar bisa dimakan!?"

Luffy sudah tak sabar untuk langsung memakannya. "Luffy, tunggu sebentar!!" teriak Chopper. "Aku akan mengeceknya terlebih dahulu!!"

Chopper kemudian pergi untuk mencari buku masak Sanji. "Di mana sih Ensiklopedia ikan ini... Ayolah, Sanji menaruhnya di rak ini... Ah, ini dia!!"

Ketemu, Chopper pun kembali, "Luffy!! Jangan memakan kulitnya!! Kulitnya beracun!! Lihat, di buku Sanji tertulis..."

Sayang sekali Chopper terlambat. Luffy sudah terlebih dahulu memakan kulit ikan besar itu. "Kulitnya enak sekali!!" ucap Luffy. "Hei, Carrot, sini cobalah sedikit!!"

"Apa iya? Kelihatannya berlendir..." sahut Carrot ragu-ragu.

"Busyet, Luffy. Setidaknya coba sini aku goreng dulu" kata Nami.

Beberapa waktu kemudian. "Enaak sekali! Pokoknya enak banget, aku sampai menangis terharu, Nami!" ucap Carrot. Semuanya bergembira menikmati makanan.

"Itu karena aku memasaknya sesuai catatan Sanji..." sahut Nami tersenyum.

Namun ada yang tidak bisa menikmati makanan itu. "D... Dingin..." kata Luffy. Bibirnya memucat. Memang benar, dia ternyata keracunan. Chopper berusaha merawatnya.

"Chopper, kau harus makan juga untuk mengisi perutmu. Ini, makanlah" kata Nami sambil memberikan sepiring daging ikan.

"L-luffy A-akan M-mati!" Chopper menangis tersedu-sedu.

"Kita kehabisan obat-obatan!" tangis Chopper sambil mencicipi makanan "Enak!" sahutnya. "Aku... tak percaya ini..., K-kita... alut.. epat.. cayi.. ulau.. ami.. talau.. idak..." katanya lagi "Enak!".

"Aku mengerti kalau kita harus cepat-cepat menemukan pulau, tapi... bukankah tertulis kalau racunnya dapat mematikan dalam waktu singkat!? Dan dia masih hidup!! Bukankah Luffy kebal terhadap racun?"

"Apakah Luffy... benar-benar akan mati?"

"Aku... Baik-baik... saja..." sahut Luffy lemah "Cahayanya terang sekali".

"Dia bahkan sudah mulai berimajinasi!!"

"Luffy!!! Jangan mengikuti sinar terowongan itu!"

Pekoms menjelaskan pada para kru, "Beberapa hari sudah lewat, pasti, Sanji dan yang lainnya sudah sampai di pulau. Artinya, kita seharusnya sudah masuk ke teritori dia..."

"Teritori dia?"

Kemudian, salju tiba-tiba saja turun.. "Kau lihat sekarang turun salju, bukan?"

"Bukan, sebenarnya itu awan dari permen kapas.."

"Permen kapas!?" Chopper bersemangat.

Siput laut yang berpatroli di dasar laut mengirim sinyal sehingga membuat denden mushi berdering.. "Pirurururu!!"

"Oh, siapa yang memanggil dengan Denden Mushi?"

"Itu adalah tanda peringatan karena kita telah memasuki teritori mama. Kalian harus segera bersembunyi atau menyamar!!" kata Pekoms.

Sementara Chopper masih asyik dengan permen itu, "Permen kapas... Manis!!"

Dari atas menara pengawas, Pedro melihat sesuatu di kejauhan, "Aku melihat sesuatu, Pekoms!" teriak Pedro.

"Cepat sekali, mereka sudah sampai disini?!" ucap Pekoms, "Itu adalah kapal pengintai kami, tarteship-roar!" jelasnya lagi, "Aku akan mengikuti protokol dan prosedurnya... semuanya bersembunyilah."

"Mungkin mereka punya obat penawar..."

Kemudian kapal itu semakin mendekat. Dari balik kabut, pelan-pelan terlihat jelas bentuk kapal sebenarnya.

"Eeh!?" ucap Pekoms kaget. Makin dekat kapal itu, semakin ia menyadari jika ternyata...

"Disini Germa 66, kalian pasti kelompok Topi Jerami!!" terdengar suara dari kapal itu. Sebuah siput super besar yang mengangkut bebangunan seperti istana diatas cangkangnya.

"Bukan!!" ucap Pekoms. "Itu kapal Germa 66!!" "Eeh...!?"

Dari kapal itu, seorang pria beralis keriting memandang ke arah Sunny dengan tatapan mengancam.

Advertisement