Wikia One Piece
Advertisement

Pulau Whole Cake, Hutan Penggoda, para pohon, bunga, dan kue hidup masih bernyanyi-nyanyi..

"Mereka sudah sadar~~" "Topi Jerami sudah sadar~~"

"Sudahkan mereka menyadari keberadaan kita?" "Belum sadar~~"

"Tapi mereka pasti sadar, ada sesuatu yang aneh~~" "Nyonya Brulee sedang bersenang-senang dengan mereka~~"

"Akan berakhir jadi makanan siapa mereka??" "Mereka akan jadi smoothie yang lezat~~"

Nami, Chopper, dan Carrot masih berlari dari kejaran kelinci yang menunggangi bangau itu. Nami menunggangi Chopper yang telah berubah ke mode rusa, dan Carrot berlari di sebelahnya. "Ayo cepat!!"

"Dia masih mengejar!?"

"Masih tepat di belakang kita!!"

"Ayo cepat kita keluar dari tempat ini secepatnya!!"

"Kelinci itu kuat sekali.." ucap Carrot.

"Tapi yang pasti dia bukan Suku Mink..." ucap Carrot.

"Benarkah!?" Nami kaget.

"Apa jangan-jangan dia pengguna buah iblis?" ucap Chopper.

Mahkluk berwujud kelinci itu terus mengejar. Ia memutar-mutar tombaknya, bersiap untuk melemparnya lagi seperti waktu itu. Namun Carrot melompat ke belakang, lalu menahan tombak itu dengan tendangannya.

Tendangan listrik Carrot berbenturan dengan tombak si kelinci.

"Lihat? Kau tak bisa memancarkan elektro!!" ucap Carrot. Memang yang mengeluarkan listrik cuma kaki Carrot, yang berarti kelinci itu memang bukan Suku Mink.

"Carrot, jangan sampai kita terpisah!!" teriak Nami, yang masih menunggangi Chopper.

"Aku tahu!!" ucap Carrot.

Carrot kemudian menghantam kepala burung bangau yang ditunggangi manusia kelinci itu dengan pukulan listrik. "Maafkan aku, tuan burung!!"

Si bangau rebah, namun kelinci itu melompat dan masih berniat untuk menyerang...

Namanya Randolph, si Pengendara Bangau, anggota Bajak Laut Big Mom.

Carrot berlari menyusul Nami, sementara Randolph sudah tak punya tunggangan lagi. Namun Randolph memutar tongkatnya lagi, lalu melemparkannya lurus ke arah Nami dan Chopper bagai shuriken ninja.

"Ada senjata melayang ke arah kita!!" ucap Nami.

"Menghindar!!"

Nami dan Carrot melompat ke samping, membuat serangan itu justru melesat ke arah raksasa yang tertanam.

"Hmm? Sepertinya aku mendengar suara di belakangku.." ucap si raksasa, tak sadar kalau ada tombak yang menuju ke arahnya, kemudian Batsss!!! Tombak itu mengenainya. Untuk saja dia besar, jadi tombak kecil itu tak terlalu membahayakannya.

"Aaaaaa!!!" teriak si raksasa, dan saat Nami dan Carrot melewatinya, ia ingat, "Hei!! Ternyata kalian lagi!!" ucapnya.

"Orang ini jadi penunjuk tempat yang bagus.." ucap Chopper.

"Berarti sebentar lagi kita akan sampai di tempat Luffy!!"

Tepat sekali, setelah melewati raksasa tertanam itu Nami sampai lagi di tempat Luffy dan Luffy palsu. Mereka berdua masih terus saling serang. "Kau!!!!"

"Mereka masih di sana!!"

"Luffy!!" teriak Nami, "Ayo kembali ke pantai!!"

"Eh?" Kedua Luffy menoleh, "Kenapa Kalian... ?"

"Cepat!! Tak ada waktu untuk menjelaskan!! Hutan ini penuh dengan jebakan!!"

"Baiklah!!" Luffy pun berlari menyusul mereka. Satu Luffy menyusul sementara Luffy satunya berlari ke arah sebaliknya.

"Ada orang yang mengejar kita!! Cepat lari keluar dari sini!!" ucap Nami. Mereka kemudian sampai di sungai yang jembatannya telah putus.

"Itu sungai tempat buaya bicara tadi!! Setelah melewatinya, kita akan keluar dari hutan ini!!"

Mereka terus berlari, dan hendak melompati jembatan yang putus itu...

"Tunggu, teman-teman!! Itu bukan... Hmmphh!!" Luffy langsung menutup mulutnya sendiri.

"Apa kau mengatakan sesuatu, Luffy!?"

"Tidak, bukan apa-apa!!"

Mereka melompatinya.

Meski jaraknya jauh, mereka menyeberang dan mendarat dengan mulus. "Sanji di mana!?" tanya Luffy.

"Kami tidak yakin, walaupun kita melihatnya mungkin itu bukan dia!!"

"Kita bicarakan saja itu nanti kalau kita sudah keluar, Nami!!" ucap Chopper.

"Untung saja kita masih hapal jalan keluar!!"

Setidaknya itulah yang mereka pikirkan. Tapi dari jembatan itu, mereka malah bertemu lagi dengan si raksasa yang tubuhnya tertancap di tanah.

"Apaaa!?"

"­Wah!! Kalian lagi!!" ucap kaget si raksasa. "Hei, ngomong-ngomong bisa tolong tarik sesuatu yang menancap di belakang kepalaku..."

"Bagaimana bisa!?" jerit kaget Nami dan yang lainnya.

"Tidak salah lagi kita bergerak menuju jalan keluar!!"

"Tapi kenapa kita bisa bertemu dengannya lagi!?"

"Jangan teriak-teriak begitu, sejak tadi aku diam di sini, kalian saja yang berlari terus berkeliling..." ucap si raksasa.

"Chopper!! Ayo lari menuju jalan keluar lagi!!"

"Baik!!"

"Hei hei, benda yang menusuk di belakangku mengganggu sekali..." ucap si raksasa, tapi tak ada yang mau menolong.

"Ayo lewati jembatan buaya itu dan kali ini kembali ke pantai!!"

Mereka melompati jembatan itu lagi, tapi pada akhirnya mereka malah sampai di tempat si raksasa yang tertancap di tanah itu lagi.

"Eeeeeh!?"

"Kalian bikin aku takut saja!!" ucap si raksasa. "Berapa kali sih kalian mau terus ke sini!?"

Nami melihat log pose di tangannya, dan putarannya kacau sekali.. "Log posenya tetap kacau... Tapi harusnya itu tak masalah!! Kita cuma mengikuti satu jalan lurus ke sebelah si... Ahh!!" kata Nami sambil menunjuk ke arah pepohonan.

Nami kaget, saat menunjuk ia tak sengaja memergoki pohon-pohonnya berjalan.

"Eeeh!? Pohon dan bunganya berpindah!?"

Dan ternyata tak hanya itu, tanah di jembatan yang mereka injak juga hidup... "Tanahnya bergerak dan bicara!!" jerit Chopper.

"Apa-apaan ini!? Ada apa sebenarnya dengan hutan mengerikan ini!? Tolong jelaskan!!"

"Uuh... Kita ketahuan..." ucap salah satu pohon.

"Benar-benar ketahuan..." ucap yang lain.

"Jadi sejak awal memang tidak ada jalan yang benar!?"

"Apa sekarang kau sudah sadar betapa mengerikannya pulau ini!?" tiba-tiba Luffy mencengkeram Nami dari belakang, dan tubuhnya perlahan berubah. Ternyata yang bersama mereka adalah Luffy palsu, dan perlahan ia berubah ke wujudnya semula...

"Nami!! Dia itu bukan Luffy asli!!" jerit Chopper.

"Siapa kau!?"

"Siapa? Uihuihuih..." ternyata aslinya dia seorang perempuan berhidung besar, yang penampilannya mirip nenek sihir. "Kenapa baru tanya? Padahal sejak tadi aku ada di sebelah kalian!! Tak peduli seberapa keras pun kalian berlari, kalian tak akan bisa lolos dari hutan ini!!"

"Jadi sebaiknya menyerah saja..."

"Lepaskan aku!!" jerit Nami.

"Coba lihat bekas luka yang ada di wajahku ini... Mengerikan, bukan!?" ucap wanita menyeramkan itu. Ada bekas luka memanjang tepat di wajahnya.

"Siapa kau!? Apa kau pohon juga!?" tanya Carrot.

"Bukan!!!!!!!" jerit wanita itu. "Namaku Brulee!!"

Dia adalah Brulee, putri ke-8 Keluarga Charlotte.

"Coba lihat, sekarang kita sedang bertemu dengan gadis kelinci dan gadis kecil yang manis... Bagus sekali. Tapi masalahnya, tiap kali melihat wajah yang mulus aku selalu ingin mengirisnya...!!"

"Eeeh!?"

......

Kastil Big Mom, Whole Cake Château... Atau lebih tepatnya, danau yang berada tepat di belakangnya, Apricokko...

"Itu Kapal Germa!!" seru penjaga gerbang ketika kapal keong Germa 66 sampai.

Bajak laut yang berada di bawah Big Mom, atau yang masih dalam proses bergabung diberikan akses untuk berlabuh..

Kapal keong itu masuk, kepalanya masuk, begitu pula dengan dek dan layar di atasnya, lalu keong itu bergabung dengan kapal-kapal keong lainnya yang membentuk sebuah barisan kapal besar dengan istana di atasnya. Kapal utama Germa 66.

Germa adalah satu-satunya kerajaan berjalan yang ada di dunia, serta tidak memiliki daerah kekuasaan darat. Puluhan kapalnya berlayar di lautan, dan ketika semuanya kembali, saat itulah mereka bergabung lagi menjadi satu negeri.

Negeri yang dipimpin oleh Vinsmoke, keluarga yang dikenal sebagai penguasa North Blue di masa lalu. Tempat ini... dikenal sebagai Kerajaan Germa. Dengan pasukan kuat yang dikenal dengan nama Germa 66, yang ditakuti di seluruh dunia bahkan sampai saat ini.

Sebagian penduduknya adalah prajurit laki-laki. Yang selalu menghabiskan harinya untuk berlatih, tanpa melewatkan satu hari pun.

Sanji diam di pinggir jendela, melihat ke arah luar, ke arah penduduk yang sedang berlatih. Tak jauh darinya, sang kakak duduk, Reiju...

"Berapa lama lagi kau mau di sana?" ucap Sanji, seolah merasa tak nyaman diawasi terus.

"Selalu saja bicara dingin begitu... Sudah 13 tahun sejak terakhir kali kau menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama kakakmu ini.."

"Harus kubilang berapa kali lagi!? Aku sudah tak ada urusan lagi dengan kalian!! Kita bukan keluarga lagi!!" bentak Sanji.

Sanji lalu berjalan dan menunjuk sebuah lukisan besar yang dipajang di ruangan itu...

Foto seorang pria besar di atas raja-raja yang telah ia taklukkan.

"Hanya orang gila yang mau jadi bagian dari keluarga yang seleranya begitu buruk sampai-sampai menaruh gambar seperti ini sebagai pajangan!!" ucap Sanji.

"Foto itu diambil di North Blue dalam insiden yang dikenal sebagai 'Kudeta Empat Negara'..." ucap Reiju. "Mimpi ayah kita adalah untuk membuat Germa menguasai lautan utara lagi, lagipula tak ada yang salah kan dengan pria yang memperlihatkan kemasyuran dan kekuatannya.."

Reiju kemudian menunjuk pelayan-pelayan cantik yang berdiri berjejer di sebelahnya, "Kau bisa saja di sini... memanfaatkan statusmu sebagai bangsawan, tapi kau malah memilih jalan berbahaya dengan para bajak laut itu... Coba lihat ini, ada sepuluh pelayan cantik yang bisa melayani secara penuh..."

"Kami akan memenuhi apapun keinginan Anda, Pangeran Sanji.." ucap salah seorang pelayan.

Mata Sanji langsung berubah menjadi hati.

"Kau bisa memiliki prajurit yang akan mengorbankan diri mereka untukmu, dan uang tak akan pernah menjadi persoalan. Jadi kenapa harus komplain? Selama ini Vinsmoke meraih begitu banyak dengan menggunakan kekuatan... dan kau juga adalah bagian dari keluarga ini.." ucap Reiju.

"Sudah cukup pidatomu itu, aku tak punya niat untuk menikahi perempuan itu!!" ucap Sanji.

"Bukankah Pudding itu perempuan yang baik? Aku sangat menyukainya." sahut Reiju.

Kemudian, seseorang masuk ke ruangan itu, seorang pria bertubuh besar dengan rambut panjang bagai jubah menutupi punggungnya...

"Oh, ayah, ada perlu apa sampai datang kemari?" tanya Reiju.

Pria itu adalah pemimpin Kerajaan Germa, pemimpin Germa 66, ayah Sanji, Vinsmoke Judge

"... apa kau masih berniat untuk mempersulitku?!" ucap ayah Sanji.

"Pria sialan..." ucap Sanji.

"Anakku, aku..."

"Berhenti memanggilku begitu!!" ucap Sanji. "Meskipun aku mengakui kalau aku punya orangtua, itu bukanlah kau!!"

Ayah Sanji tetap bertanya, "Apa kau sudah melakukan sesuatu pada Yonji? Perlu kau tahu anak itu cukup kuat.."

"Berarti aku lebih kuat darinya..." ucap Sanji.

"Ayo kita selesaikan ini di luar," ucap ayah Sanji. "Pria sejati selayaknya bicara menggunakan tinju mereka..."

Advertisement